Berbicara mengenai film, tentu saja gue suka banget nonton film. Dari mulai genre drama, komedi, fantasi, bahkan horror pun selama ratingnya bagus pasti gue usahain untuk bisa nonton film tersebut.
Tapi jika gue disuruh milih satu film yang benar-benar berkesan buat diri gue pribadi, maka gue bakalan milih film Wedding Dress, salah satu film dari Korea Selatan yang rilis tahun 2010.
Kenapa bisa benar-benar berkesan? Karena selama gue hidup, cuma film ini yang bisa bikin gue bersama teman-teman gue yang ketika itu masih berseragam putih-abu bisa nangis berjamaah padahal yang nonton anak cowo semua, secara dulu gue sekolah di SMK Teknik. Ceritanya waktu itu kita lagi ada kegiatan open house di acara diesnatalis sekolah, nah malamnya sebagian besar anggota kelas nginep di workshop. Entah siapa yang ngajak, gue lupa, kita yang pada waktu itu nginep akhirnya nonton bareng film ini.
Back to the main topic, film ini bercerita tentang Sora (diperankan oleh Kim Hyang Gi), anak SD yang tinggal berdua dengan ibunya, Ko-woon (Song Yun-Ah) yang merupakan seorang single parent berprofesi sebagai desainer baju pengantin.
Sora ini adalah tipikal anak perempuan yang keras kepala dan tidak bisa mengungkapkan rasa sayang terhadap ibunya, bahkan cenderung membangkang. Sampai suatu ketika, dia mengetahui kenyataan bahwa ibunya menyimpan rahasia besar yang ditutupi darinya.
Menurut gue pribadi, film ini bisa dibilang semacam trigger yang membuat gue akhirnya suka dengan film-film dari Korea Selatan. Di film ini, akting Kim Hyang Gi bisa gue bilang keren banget untuk ukuran anak kecil ketika itu. Dari sisi penceritaan pun, walau film ini cenderung ke arah drama sedih, tapi penyajiannya benar-benar dibuat mengalir dan akhirnya gue sebagai penonton seolah ikut masuk ke dalam ceritanya.
And finally, gue bersama teman-teman gue pun akhirnya secara konyol nangis berjamaah ketika adegan di lorong rumah sakit. Padahal kalau harus diceritain, kita di masa itu adalah siswa-siswa sedikit nakal yang pernah disuruh lari shirtless keliling lapangan upacara karena pernah bolos sekelas di salah satu mata pelajaran.
Itulah alasan kenapa film ini menjadi film yang mempunyai kesan yang ga akan bisa gue lupain bahkan saat ini setelah 8 tahun berlalu.